Sabda Nabi SAW:
Maksudnya :"Daripada Ka'ab bin Malik r.a, katanya : Aku mendengar RasululLah s.a.w. bersabda: "Sesiapa yang menuntut ilmu (agama) untuk menyaingi ulama, atau berbahas dengan orang jahil, atau supaya dengan ilmu tersebut wajah orang ramai tertumpu kepadanya, maka Allah masukkan dia ke dalam neraka." (Riwayat al-Tirmizi, Ibn Majah daripada Ibn 'Umar, al-Hakim daripada Jabir bin 'Abdillah. Al-Hakim mensahehkannya dan disetujui oleh al-Zahabi. Lihat : Al-Mustadrak 1/272, cetakan Dar al-Ma'rifah, Beirut. Ada perselisihan dalam menentukan kedudukan hadith ini, namun hadith ini mempunyai syahid (pembuktian daripada riwayat lain) yang menjadikannya pada darjah sahih.)
1. Hasad
Artinya membenci datangnya nikmat Allah kepada seorang hamba. Dia adalah ketidaksenangan seseorang terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Maka ini adalah hasad, baik dia mengharap hilangnya nikmat itu atau tetap ada, akan tetapi dia membenci hal itu. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dia berkata, “Hasad adalah kebencian seseorang atas nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.”
Setiap jiwa tidak pernah luput dari sifat hasad ini, yakni terkadang dia mendesak kedalam jiwa, tetapi dijelaskan dalam suatu hadits, “Jika engkau hasad maka janganlah engkau zhalim dan jika engkau berprasangka maka janganlah engkau menyelidiki.” Artinya, seorang manusia apabila dia merasakan ada hasad didalam hatinya kepada orang lain maka wajib baginya untuk tidak berbuat zhalim kepada orang itu, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.
2. Berfatwa Tanpa Ilmu
Fatwa adalah kedudukan yang agung, pelakunya mencurahkan pikiran untuk menjelaskan apa-apa yang samar bagi umat tentang urusan agama mereka dan membimbing mereka kejalan yang lurus. Oleh karena itu, kedudukan ini tidak bisa disandang kecuali oleh ahlinya. Maka wajib bagi setiap hamba bertakwa kepada Allah Ta’ala agar tidak berbicara kecuali berdasar ilmu. Sesungguhnya diantara kejahatan terbesar adalah jika seseorang mengatakan tentang sesuatu bahwa ini halal padahal dia tidak mengetahui hukum Allah tentang hal itu. Atau berkata tentang sesuatu bahwa ini wajib padahal dia tidak tahu bahwa Allah mewajibkannya. Sesungguhnya ini adalah kejahatan dan adab yang jelek terhadap Allah Ta’ala.
3. Kibr (sombong)
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam telah menafsirkan makna kibr dengan penafsiran yang jelas. Beliau bersabda, “Kibr (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).
Termasuk sombong adalah bila seseorang membantah orang yang mengajarinya, baik dengan memperpanjang pembicaraan ataupun dengan adab yang jelek terhadapnya. Termasuk sombong juga menganggap rendah kepada orang yang belajar kepadanya dari kalangan orang yang lebih rendah daripadanya. Sombong bisa menyebabkan seseorang terhindar dari ilmu seperti dalam sebuah bait sya’ir: “Ilmu akan menghindar dari pemuda yang merasa dirinya tinggi, Seperti aliran air yang selalu menghindari tempat yang tinggi.”
4. Fanatik Terhadap Pendapat dan Madzhab
Penuntut ilmu wajib menghindari sikap berkelompok sehingga dia mengikatkan kesetiaan (loyalitas) kepada kelompok atau golongan tertentu. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini menyimpang dari manhaj salaf. Salafush Shalih tidak bergolong-golongan, tetapi mereka satu golongan.
5. Merasa Mampu (‘Alim) sebelum Layak
Diantara hal yang wajib dihindari oleh setiap penuntut ilmu adalah merasa dirinya mampu (‘alim) sebelum layak untuk itu, karena apabila dia melakukan hal itu berbarti dia menunjukkan kepada beberapa hal:
a. Merasa takjub terhadap dirinya sendiri karena dia merasa mampu
b. Sesungguhnya hal itu menunjukkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dirinya karena apabila dia merasa mampu seringkali dia terjerumus kedalam suatu perkara yang tidak dia kuasai.
c. Sesungguhnya apabila dia merasa ‘alim sebelum dia layak, pasti dia akan berbicara atas nama Allah tanpa ilmu.
d. Apabila seseorang merasa ‘alim pada umumnya dia tidak mau menerima kebenaran karena dengan kebodohannya dia menyangka bahwa jika dia tunduk pada orang lain -sekalipun orang itu benar-, maka ini menunjukkan bahwa dia tidak berilmu.
6. Buruk Sangka
Diantara hal yang wajib dihindari oleh penuntut ilmu adalah berburuk sangka kepada orang lain. Seperti mengatakan, “Dia tidak bershadaqah kecuali karena riya’.” Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan prasangka.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Sumber: Panduan Lengkap menuntut ilmu, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: Pustaka Ibnu Katsir.