11/04/11

DAPATKAH MORAL TEGAK TANPA AGAMA?

Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan
beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada orang yang ta’at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya di akhirat kelak.

Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, “Saya ateis namun tidak menerima sogokan”, atau “Saya ateis namun tidak berjudi”. Mengapa?
Karena orang yang tidak
takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan
melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.

Seseorang yang mengatakan, “Saya ateis namun tidak berjinah” cenderung
melakukannya jika perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima sogokan bisa saja beralasan, “Anak saya sakit berat dan sekarat, karenanya saya harus menerimanya”, jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang tak beragama, pada kondisi tertentu mencuri pun bisa dianggap halal. Contohnya, masyarakat tak beragama bisa beranggapan bahwa mengambil handuk atau perhiasan
dekorasi dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah perbuatan pencurian. 



Seorang yang beragama tak akan berperilaku demikian, karena ia takut kepada
Allah dan tak akan pernah lupa bahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia
beramal setulus hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.

Seorang yang jauh dari bimbingan agama bisa saja berkata “Saya seorang ateis
namun pema’af. Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci”. Namun sesuatu hal
dapat terjadi padanya yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu
mempertontonkan perilaku yang tak diinginkan. Dia bisa saja melakukan pembunuhan
atau mencelakai orang lain, karena moralnya berubah sesuai dengan lingkungan dan
kondisi tempat tinggalnya.


Sebaliknya, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah
menyimpang dari moral yang baik, seburuk apapun kondisi lingkungannya. Moralnya
tidak “berubah-ubah” melainkan tetap kokoh. Orang-orang beriman memiliki moral yang
tinggi. Sifat-sifat mereka disebut Allah dalam ayatNya:

Mereka yang teguh dengan keyakinannya kepada Allah dan tidak mengingkari
janji; yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya
dan takut kepada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk; mereka yang
sabar untuk mencari perjumpaan dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian harta yang kami berikan kepadanya secara sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan. Merekalah
yang mendapat kedudukan yang tinggi. (Surat Ar-Ra’d: 20-22)

0 comments:

Catat Ulasan